Zero Waste untuk Zero Emissions: Makanan dan Perubahan Iklim

 

Makanan dan Perubahan Iklim


Tahukah kamu? Terdapat lebih dari 800 juta orang di seluruh dunia menderita kelaparan kronis di tahun 2022. Di sisi lain, lebih dari 1 miliar orang di dunia mengalami obesitas. Yang lebih mengejutkan, ada sekitar 2,5 miliar ton makanan terbuang dari proses produksi hingga konsumsi. Bayangkan jika makanan tersebut tidak terbuang, berapa orang yang terselamatkan dari derita kelaparan?

            Itu baru salah satu permasalahan makanan yang kita hadapi. Nyatanya makanan juga berpengaruh pada perubahan iklim. Gimana bisa? Coba ingat-ingat, dari mana makanan yang kamu konsumsi? Dari pertanian atau peternakan hingga sampai ke piring kamu itu lewat proses apa saja? Berapa sih jarak yang sudah dilewati makanan itu (food miles)?

            Nah, udah kebayang belum kira-kira kontribusi makanan terhadap perubahan iklim itu apa?

1.    Penurunan kesuburan tanah

Pertanian, perkebunan, maupun peternakan, bahkan pabrik pengolahan makanan membutuhkan lahan yang luas. Seringkali terjadi pengalihan lahan dari hutan alami menjadi tempat yang ‘lebih bernilai ekonomi’.

Tidak adanya pohon yang karbon, air, dan unsur hara lainnya membuat kesuburan tanah menurun. Hal ini berakibat pada pertanian yang kurang subur. Penyerapan emisi karbon di bumi pun berkurang sehingga menyumbang kenaikan suhu bumi (pemanasan global).

2.    Masukan bahan kimia berat

Tanah yang ditanami satu jenis tanaman terus-menerus dapat berkurang kesuburannnya akibat pengerasan struktur permukaan tanah, hilangnya vegetasi organisme bawah tanah, serta kemampuan serapan air.

Karena tidak subur, maka petani menggunakan bahan kimia untuk membantu tanaman tumbuh dengan baik. Alih-alih mengembalikan kesuburan tanah, bahan kimia justru mencemari tanah dan air. Bahan kimia juga memancarkan radiasi pada makhluk hidup di bawah tanah dan emisi gas rumah kaca.

3.    Food miles

Makanan yang sampai di piring kita telah melewati jarak tempuh transportasi yang tidak pendek, sejak waktu produksi, distribusi, hingga konsumsi. Selama produksi dan distribusi tersebut, tentu alat dan kendaraan yang digunakan mengeluarkan polusi udara yang menjadi salah satu penyebab perubahan iklim.

4.    Food loss dan Food waste

Food loss merupakan makanan yang terbuang dalam proses produksi, biasanya karena perlakuan pascapanen yang kurang baik.

Sementara itu, food waste adalah makanan yang terbuang karena kelalaian dari penyedia makan maupun konsumen, seperti makanan yang tidak habis.

Sampah sisa makanan ini berjumlah 39,69% dari seluruh sampah di Indonesia. Terbuangnya makanan memberi dampak negatif pada lingkungan, ekonomi, dan kondisi sosial.

Makanan dan perubahan iklim ternyata saling mempengaruhi. Peran makanan pada perubahan iklim sudah dijelaskan di atas. Sebaliknya, jika terjadi perubahan iklim tentu produksi makanan juga akan semakin sulit. Tanaman dan ternak sulit mendapat air dan makanan alami yang tidak tercemar, belum lagi bumi yang semakin panas juga mempengaruhi pertumbuhan mereka.

Lantas apa yang dapat kita lakukan untuk meminimalisir perubahan iklim melalui makanan? Langkah paling sederhana ialah mengambil makanan secukupnya, menghabiskannya, dan berbagi jika memiliki kelebihan makanan. Langkah lainnya yaitu makan sesuai musimnya (memperbanyak ragam makanan), mengolah dan menanam makanan sendiri, serta menanam secara polikultur menggunakan pupuk organik. Kita juga dapat berperan dengan mengajak orang lain untuk tidak menyia-nyiakan makanan mereka.

 

Kamila Munna

 

Referensi:

-       Sekolah Pagesangan di Wintaos, Gunung Kidul.

-       Asiah, N., Fairus,S., Novianti, M. D., 'Aini, S. H., Sundus, N. (2022). Wujudkan Zero Hunger Melalui Zero Food Waste. Malang: AE Publishing.

Share:

0 comments:

Post a Comment