Tempat Penyeberangan
Hari ini aku ke kota. Ke pasar lebih tepatnya. Mencari keperluan lebaran tentunya.
Pasar hari ini ramai tak terkira. Jalanan padat, tak hanya kendaraan, tetapi juga pejalan kaki. Riweh banget. Apalagi separo jalan raya berubah jadi tempat parkir motor.
Kakiku lelah sekali rasanya. Tapi mataku lebih lelah. Sebab, mataku harus melihat tergerusnya adab di masyarakat.
Di tempat penyeberangan, kulihat banyak relawan pramuka membantu orang menyeberang. Sebagai anak pramuka, tentu aku bangga melihatnya. Mereka rela mengorbankan hari liburnya demi membantu sesama. Tak hanya hari libur, tenaga dan mental juga terkuras.
Lalu tergerusnya adab di bagian mana?
Nah, anak pramuka tersebut membantu dengan sabar, tetapi yang dibantu... Astaghfirullahal'adziim...
Rasanya semua orang berdesakan, baik mau menyeberang atau terus berjalan lurus. Tidak peduli orang tua, anak-anak, atau pun anak muda mendorong orang di depannya agar bisa sampai lebih cepat. Bukankah seharusnya kita mendahulukan orang tua? Kenapa malah ikut didesak dan diselip-selip jalannya? Abu Bakar as. yang mengejar shalat Subuh berjamaah saja rela berjalan lambat di belakang orang tua di depannya. Ini yang mau belanja inginnya didahulukan.
Lebih parah lagi, ada bapak-bapak yang membawa sekitar 10 kaleng besar (aku tak tahu cara menyebutnya apa), dipikul dengan sebuah tongkat dan tali yang membawa kaleng tersebut di kedua ujungnya. Karena desakan massa, beliau ikut terdorong, susah sekali membawanya. Kan itu kaleng berat berisi jajanan, 10 kaleng pula. Bapak tersebut sampai gemetaran saat berjalan. Yah, untungnya tak semua orang mementingkan dirinya sendiri. Ada yang berkata dengan suara lantang agar orang-orang memberi jalan untuk bapak tadi.
Yuk lebih beradab. Ayo mulai dari diri sendiri.
Mantappp
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete