Memandang Malam

 Malam

 

Matahari pergi, tak terlihat, tapi tetap memancarkan cahayanya .

Ia diwakili sang bulan yang entah mengapa kurang bersahabat dengan bintang.

Aku jarang melihat bulan yang terang benderang bersama kelip berjuta bintang.

Ketika bulan terang, bintang terlelap.

Ketika bintang berpendar, bulan temaram.

Kapan ya mereka berbaikan?

 

Sungguh sayang bila makhluk-makhluk alam ini tak mau menikmati waktu malam.

Terdiam dalam ruangan dan merenungi kejadian.

Coba keluar.

Lihat ke atas.

Berjalanlah perlahan.

Ku rasa kau akan terhenti di suatu titik.

Matamu terpana memandang kanvas Yang Mahakuasa.

Entah ada bulan, entah bintang, entah hanya awan.

Tenang rasanya.

 

Kau tahu?

Tiap kulihat suatu puncak, sebuah atap gedung,

Ingin sekali aku mendakinya.

Mencapai puncak dan menengadah memandang kanvas yang menenangkan.

Andai aku di atas sana,

Kuharap aku bawa seralas panjang dengan dua lensa di dalamnya.

Akan kutemukan bintang bertebaran dari magnitude kecil sampai besar.

Kuhubungkan yang besar, dan kudapatkan kabar alam dari rasi yang terhubung.



***

Tulisan ini adalah coretan saat lelah dan bosan di malam hari 2 tahun lalu, setelah keluar gedung dan masuk kembali, oleh Kamila Munna.

Share:

0 comments:

Post a Comment