Pacaran Itu Wajar?

Pacaran Itu Wajar?

 

X: “Tahu gak sih hukum pacaran dalam Islam?”

Y: “Tahu sih, tapi kan . . .”

X: “Hukumnya haram. Titik. Pacaran itu berpotensi banyak dosa karena zina. Belum lagi dampak buruk yang menyertainya.”

Y: “Kan pacarannya ga sampe gituan. Aman kok.”

X: “Eits, zina kan ga cuma gituan, mendekati zina aja dilarang lo. Kata Allah dalam QS. Al Isra’ ayat 32: وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلزِّنَىٰٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَٰحِشَةً وَسَآءَ سَبِيلًا
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.

Y: “Yaelah strict banget sih. Lihat noh, banyak orang publish momen sama pacarnya. Artis-artis berjilbab aja pacaran, sering main bareng, posting kemesraan di instagram. Iri bilang bos!”

 

    Inilah keresahan yang sering mengganggu hati dan pikiran. Saat ini, pacaran dengan segala dalih dianggap “sangat wajar”. Media sosial menjadi ajang perlombaan pamer pacar, pamer kebersamaan, pamer patah hati, dan hal-hal yang semestinya orang malu memamerkannya. Ketidakwajaran yang diwajarkan ini tersebab banyak orang, terutama public figur, mempublikasikan dan membanggakan keputusannya untuk pacaran. Hal ini mempengaruhi pola pikir orang lain bahwa pacaran ini wajar, ga salah, patut dicontoh. Padahal dahulu orang-orang malu kalau pacaran, tahu kalau itu perbuatan tidak terpuji.

      Sayangnya, orang-orang yang tahu dan mengerti jarang sekali berani mengkampanyekan keharaman pacaran. Takut di-bully netizen, ga enak sama temennya yang pacaran, dan alasan lainnya. [kurang lebih ini juga yang aku rasakan]. Karena itulah, masyarakat menganggap pacaran ini hal yang wajar dan bahkan merasa dibutuhkan.

    Padahal tanpa pacaran pun kita sudah disiapkan jodoh, tetap bahagia pula, dan yang jelas menghindar dari potensi dosa pacaran. Ingat, pacaran bukan keharusan apalagi menjamin kebahagiaan.

Share:

2 comments: