Kenapa
Harus On-Time?
Main tebak-tebakan yuk. Kalau
pernah nonton The Hobbit semestinya tau sih.
“Benda
ini memakan segalanya, burung, binatang, pohon, dan bunga. Mengerat besi,
menggigit baja. Batu keras pun digilingnya.”
Apakah benda itu?
Jawabannya: Waktu
Waktu adalah sebenar-benarnya
omnivora. Manusia dan segudang kegiatannya pun ditelannya. Tinggal mau ditelan
bulat-bulat tanpa meninggalkan kesan atau diolah agar memberi rasa yang
berkesan. Hidup ini hanya sebentar. Satu hari terdiri atas 24 jam. Kalau sehari
tidur 6 jam, ¼ hidupmu hanya dihabiskan untuk tidur. Ditambah bermalas-malasan
beberapa jam, sisa berapa waktu hidup yang benar-benar berguna?
Makin sadar sedikitnya
kesempatan mata untuk menikmati keindahan dunia bukan? Nah, sekarang kita lihat
banyaknya waktu yang tersia-siakan hanya untuk menunggu. Tahu jam karet bukan?
Aku juga sering mengalaminya. Kadang aku sendiri yang membuatnya ngaret L bisa disengaja
maupun tidak. Disengaja karena keyakinan budaya ngaret yang juga teman-teman
lain lakukan. Jadi, daripada waktuku terbuang untuk menunggu, lebih baik
melakukan hal lain bukan? Eits, ini yang buat budaya ngaret tidak menghilang.
Sebelum berkata lebih banyak dan meminta yang lain on time, lebih baik mulai dari diri sendiri dulu. Sebenarnya
menunggu yang lain itu tidak sia-sia loo, kalau kita manfaatkan. Sambil
menunggu, kita bisa Al Quran, novel, buku pelajaran barangkali, atau
menyempatkan membalas chat teman-teman atau grup (Note: kalau tidak suka diabaikan, jangan mengabaikan yang lain).
Masalah lainnya adalah ketika
kita on time, acaranya yang ngaret.
Bahkan aku sendiri menyusun acara dengan memberi waktu untuk ngaret. Kalau
kubuat tepat waktu, bisa jadi tidak berjalan karena pesertanya sedikit. Di sisi
lain, ada orang yang benar-benar tepat waktu. Tipe peserta seperti ini kadang
membuat tidak enak hati, wkwk. Tenang, tenang... Untuk mengatasi hal tersebut,
kita perlu membuat kegiatan untuk yang tepat waktu, seolah-olah acara sudah
dimulai untuk mengapresiasi mereka. Kalau kita menunda kegiatan karena orang
lain terlambat, sama saja kita tidak menghargai yang datang tepat waktu. Oleh
karena itu, sebagai penyusun kegiatan, kita harus datang lebih awal dari jadwal
yang kita umumkan. Semangat!
Nah, demi memanfaatkan
sebenar-benarnya hidup yang hampir ½ dari usia biologis kita, maka mulailah
tepat waktu dari diri sendiri. Tidak perlu takut sia-sia datang tepat waktu.
Manfaatkan saja waktu menunggu untuk membaca, berdoa, menghibur diri, atau
kegiatan bermanfaat lainnya. Dengan menjadi tepat waktu, tidak ada orang lain
yang dirugikan, termasuk diri sendiri.
Kamila Munna
0 comments:
Post a Comment