ISLAM, PEMUDA, DAN
PERSATUAN BANGSA
Keynote speaker: Prof.
Dr.H.Muhammad Quraisy Syihab, M.A.
Bagaimana Islam memandang
persatuan bangsa?
Kebangsaan baru dikenal
sebagai istilah oleh agama Islam pada abad 18 ketika Napoleon ke Mesir. Ia
mengenalkannya untuk melemahkan khilafiyah Turki Mesir. Namun, sejak lama nilai
kebangsaan sudah dikenal oleh muslim. Kebangsaan tak hanya tentang wilayah,
tetapi juga tentang timbal balik rakyat dengan wilayahnya. Piagam Madinah
menjadi wujud konkrit nilai-nilai kebangsaan. Di mana semua orang dipersamakan
dalam membangun dan membela Kota Madinah.
Bagaimana Islam memandang
persatuan?
“Ketuhanan Yang Maha Esa,” merupakan
nilai tertinggi dalam Islam, bahkan dalam tiap agama. Hal ini ibarat matahari
sebagai sumber kehidupan. Planet-planet mengelilingi dan terikat dengan
matahari. Jika planet itu pergi, maka ia akan hancur. Allah menciptakan manusia
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal. Allah juga melarang
kita memaki sesembahan selain-Nya dalam QS Al An’am ayat 108:
"Dan
janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena
mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan...“
Selain
itu, Islam mengajarkan kita untuk menghormati nilai di mana pun. Hormat itu
bukan berarti setuju. Apa yang telah disepakati jangan dirombak, apabila mau
dirombak, maka sepakati dulu dengan yang lain.
Apa yang terjadi
pada bangsa apabila benih-benih perpecahan mulai nampak?
Tanda-tanda perpecahan antara lain:
-
Berbicara sambil berbisik-bisik,
-
Fitnah. Boleh jadi Anda tidak melakukannya, tetapi Anda menyebarkannya.
Kita memang berbeda adalah
suatu keniscayaan. Perbedaan itu nikmat dengan kerjasama. Perbedaan pendapat itu
harusnya dihormati dan dicari titik temunya.
Saat ini, kita mendekati Pemilihan Umum (Pemilu). Tugas
kita adalah mencari yang paling baik atau paling sedikit keburukannya. Pemimpin
hendaknya memperhatikan kehendak masyarakat karena ia adalah cerminan dari
masyarakat.
KM
0 comments:
Post a Comment