Sahabat =! Best Friend?

 

Ga Punya Best Friend

Eits, bukan berarti ga punya sahabat ya… Ga punya best friend kalau asumsinya “teman terbaik”, karena kata “ter-“ itu menunjukkan “paling” dan jumlahnya satu. Mohon koreksi kalau salah ya...

Sahabat itu bisa lebih dari satu, bisa berkurang, bertambah, maupun tetap seiring waktu dan peristiwa yang mengiringinya. Bagiku, teman yang jadi sahabat itu paling terasa saat dan setelah ada masalah di antara kita.

***

Dahulu, ada 2 orang sahabat yang sedari kecil suka main bersama, belajar bersama, cerita banyak hal, dan jadi penerima kabar pertama. Hingga suatu hari, ketika mereka terpisah, rasa tak suka yang selama ini dipendam pada salah satunya mencuat dan berunjung pada pem-­bully­-an. Tak lagi mereka bercengkerama. Kalau pun bicara, hanya seperlunya, atau malah berupa suatu ancaman. Untungnya masing-masing masih punya sahabat lain, yang menjadi support system saat mereka jatuh sehingga tak berujung pada kemurungan berkepanjangan. Singkat cerita, pem-­bully­-an mereda walau mereka tetap tak saling bicara. Hingga suatu hari yang lain, mereka bicara lagi dengan biasa, tanpa ada kata “minta maaf” atau semacamnya.

Kisah lainnya, 2 orang ini mulanya tak saling kenal, hanya kenal di sekolah baru pada kelas yang sama. Entah mengapa hampir seluruh kelas memusuhi salah satunya, tak terkecuali salah satu dari 2 orang tadi. Namun, ketika lulus, berbeda sekolah, keduanya justru berteman dekat. Lagi-lagi tanpa kata “maaf”, sebab keduanya sudah saling memaafkan tanpa diminta. Mungkin dulu hanya sifat kekanak-anakan saja.

Ada pula momen saat sahabat saling bertengkar akibat berbeda pandang. Bertengkar hebat hingga nada tinggi keluar dari mulutnya dan air terjatuh dari mata. Hari berikutnya mereka bertemu, tak ada tingkah benci yang keluar, tak ada pula kata “maaf” dan penjelasan diutarakan. Yang ada hanya keakraban seperti biasa, seakan-akan pertengkaran hebat kemarin tak pernah terjadi.

***

Kalau dilihat dari suatu masalah, sahabat itu tak perlu kata “maaf” untuk berbaikan. Sebab, hati mereka otomatis memaafkan kesalahan sahabatnya. Juga, mereka sadar dan makin paham perasaan sahabatnya dalam menyikapi suatu perkara. Tentu ada juga faktor selain saat bermasalah. Ini salah satu saja.

Yang jelas, jangan batasi jumlah sahabat. Berpikiran bahwa sahabat hanya 1 orang, atau 1 geng saja. Ketika sudah berpisah, berjuang di tempat yang berbeda, lantas menemukan sahabat baru ya tidak masalah. Asal, jangan memutus persahabatan lama.

Thanks and love you, Sahabat...


Share:

0 comments:

Post a Comment